semua orang terutama remaja pasti sudah tidak asing lagi dengan perayaan tiap tanggal 14 Februari yaitu perayaan hari Valentine. Namun sebagian besar mereka menganggap perayaan Hari Valentine hanyalah sebagai eksplorasi seks yang ke bablasan sebagai simbol seks bebas. Seks bebas sendiri bagi sebagian orang merupakan momok yang buruk dan tidak patut dilakukan oleh orang yang bukan suami istri. Inilah yang mendasari perayaan Hari Valentine tidak disukai dan dikecam oleh sebagian orang tertentu.
Beberapa hal yang biasanya terjadi entah lajang atau punya pasangan di hari valentine Setiap tahun, orang-orang seolah menghabiskan waktu untuk mencari kado yang tepat untuk diberikan kepada yang terkasih antara lain
- Beberapa wanita menuntut untuk diberi puluhan tangkai bunga mawar, padahal pasangan tengah berusaha untuk berhemat.
- Setelah Hari Valentine, selalu muncul pertanyaan, “Mau dibawa ke mana hubungan ini?”
- Seluruh orang yang lajang merasa tidak punya tempat di Hari Valentine dan bersusah payah mencari teman untuk sama-sama mengumpat perayaan itu.
- Hadiah berupa cokelat sekarang sudah bukan tren lagi, sebab banyak wanita lebih memilih diberi perhiasan dan barang mahal lainnya.
- Seluruh kartu Valentine sepertinya hanya ditujukan kepada pasangan, kemudian untuk teman atau keluarga? Hampir tidak ada.
- Isi dompet dan tabungan menipis setelah merayakan Hari Valentine, mengajak pasangan makan di tempat mewah, dan memberinya hadiah mahal.
- Berbagai obrolan romantis yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja selain di Hari Valentine.
Kali ini akan kita kupas tentang Valentine yang secara kebetulan perkembangannya paralel dengan eksploitasi cinta, seks bebas dan materialisme. Tahun demi tahun hiruk-pikuk valentine makin bertambah instensitasnya, dahulu hanya muda-mudi kota-kota besar seperti Jakarta yang mengenal Valentine dan merayakannya, kini sudah mulai merambah ke muda-mudi desa-desa kecil yang ada di Indonesia ini, Valentine tidak saja dikenal oleh para remaja tetapi juga sudah dikenal dan dirayakan oleh anak-anak SD.
Jika dilihat dari segi psikologi mereka yang merayakan valentine biasanya mereka yang memiliki kebutuhan afeksi (kasih sayang) yang sangat besar, sehingga mereka menyukai hal-hal yang bersifat romantis. Biasanya, momen merah jambu ini diperingati kaum muda dengan bertukar kado atau memberikan cokelat dan seikat bunga tanda kasih sayang. Ada juga yang cukup dengan saling mengucapkan selamat ber- valentine. Mereka merasa mendapatkan momentum yang pas pada hari valentine ini. Hadiah-hadiah yang diberikan biasanya berupa cokelat yang juga dikenal sebagai aphroditism, makanan yang dapat meningkatkan gairah, bahkan ada juga yang memberi boneka pada pasangan.
Para remaja atau anak baru gede (ABG) biasanya yang lebih bersemangat merayakan valentine, karena kesempatan ini mereka gunakan untuk menyatakan cinta pada seseorang yang didambakannya. Terlebih ketika mereka melihat bahwa banyak artis atau idola mereka yang juga merayakannya. Namun disayangkan, tidak sedikit remaja yang menyambut valentine dengan pesta yang menjurus ke arah seks bebas. Dampak negatif valentine ini banyak remaja yang merayakannya dalam romantisme cinta. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang terlarang seperti free seks tanpa memikirkan masa depan remaja. Selain itu, publikasi dari media turut menyuburkan kebiasaan perayaan valentine. Dirayakan atau tidaknya valentine ini juga sangat tergantung pada kebiasaan dan kepercayaan masing-masing. tergantung kepercayaan seseorang, apakah mau merayakan atau tidak. Tapi kita harap valentine tidak menjadikan para remaja terjerumus ke arah yang tidak baik.
Oleh
Noni Shintyadita
RELAWAN KISARA PKBI BALI