Saya Tidak Ingin Membaca Berita Dengan Judul “Wanita Pukuli Pacar yang Ketahuan Ambil Foto Tak Senonohnya Diam-diam”

Pacaran mejadi fenomena yang lumrah terjadi pada remaja. Baik itu di desa-desa terlebih lagi di kota. Tradisi pacaran memiliki beragam jenis yang berbeda dalam pelaksanaanya hal ini bisa diakibatkan oleh berbagai kebiasaan dalam masyarakat. Bisa dilihat dari bagaimana proses pendekatan dimulai, pengenalan satu sama lain, hingga pada akhirnya menjalanai hubungan afeksi yang istimewa. Pacaran menjadi suatu hubungan alamaiah yang terjadi pada remaja. Lebih jelasnya Menurut Wijayanto menerangkan bahwa: “Dengan bahasa lurus, pacaran adalah sebuah hubungan sosial antara makhluk sosial yang berlaianan jenis akibat adanya ketertarikan tertentu, baik fisik (jasmani) maupun non fisik (pribadi, karakter) yang dibangun di atas komitmen dengan ataupun tannpa syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.” Definisi diatas bisa menjadi pengantar untuk memahami lebih jauh mengeni fenomena pacaran pada remaja, Adapun fenomena ini mempunyai banyak permasalahan salah satunya adalah kekerasan. Kekerasan dalam berpacaran merupakan salah satu masalah yang sering terjadi dalam berpacaran. Kekerasan ini biasanya terjadi karena dominasi atau relasi kuasa dari salah satu pihak. Pihak yang merasa lebih superior cenderung untuk melakukan penindasan atau kekerasan. Kekerasan yang terjadi bisa bersifat fisik atau psikis. Pelaku dari kekerasan ini tidak terbatas pada gender, akan tetapi pelaku kekerasan ini merupakan pihak yang mempunyai behavior domination.

Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Windha Ayu Safitri, yan berjudul The Impact Of Violence In Dating yang membahas berbagai bentuk kekrasan dalam berpacaran diantaranya, Kekerasan Psikologis (mengancam, memanggil dengan sebutan buruk, memperlakukan,mencaci maki, menjelek-jelekan, berteriak, menyumpah, dan lain sebagainya), Kekerasan Fisik (memukul, menampar, menendang, mendorong, mencengkeram dengan keras tubuh pasangan, serta tindakan fisik lainnya), Kekerasan Seksual (memaksa pacarnya untuk melakukan perilaku seksual tertentu seperti meraba, memeluk, mencium, hubungan seksual padahal pasangannya tidak). Dalam jurnal ini juga memaparkan berbagai dampak negatif dari terjadinya kekerasan dalam berpacaran, a)Dampak Psikologis (misalnya seperti Korban bisa mengalami depresi, stres dan kecemasan, memiliki waktu yang sangat sulit berkonsentrasi, menunjukkan perilaku bunuh diri, memiliki masalah tidur dan merasa harga dirinya rendah). b) Dampak Seksual (Dampak dari kekerasan seksual yaitu mengalami sebuah traumatik bagi para korban dan menunjukkan stres yang dirasakannya dalam bentuk kata-kata dan tanggisan, yang lain menginternalisasi penderitaan yang dialami). c) Dampak Fisik (misalnya seperti lebam, memar, luka, lecet, ginekologi dan patah tulang dapat terjadi). d) Dampak Sosial (biasanya seperti merasa minder untuk menjalin hubungan lagi). Oleh karena itu, masalah ini harus menajdi permasalahan yang perlu diperhatikan dan dicarikan solusinya. Mengingat dampak yang yang ditimbulkan dari dari perilkau kekerasan dalam berpacaran yang cukup memprihatinkan. Peran keluarga dan lembaga pendidikan harus lebih dimaksimalkan dalam pemberian edukasi mengenai kekerasan kekerasan dalam berpacaran atau hal-hal mengenai Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja. Karena saya tidak ingin membaca berita dengan judul “Wanita Pukuli Pacar yang Ketahuan Ambil Foto Tak Senonohnya Diam-diam”

Referensi:
Ayu Safitri, Windha. 2013 Dampak Kekerasan Dalam Berpacaran (The Impact Of Violence In Dating). Universitas Jember.

Harun Arrasyid

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top