Remaja Tanpa Masa Remaja

Photo by cherylholt on Pixabay

Oleh: Anak Agung Istri Vidya Saharani* – SMP (SLUB) Saraswati 1 Denpasar (Juara III lomba artikel International Youth Day 2019)

Seks pra-nikah, itu pasti terdengar menggelitik di beberapa telinga remaja. Rasanya sangat sensitif untuk membahas masalah ini lebih dalam lagi, utamanya bagi remaja SMP yang masih beranggapan tabu akan hal itu. Namun, membahasnya untuk dapat memahami dan menghindari resiko buruknya adalah salah satu bentuk edukasi yang patut diketahui. Seks pra-nikah adalah aktivitas berhubungan intim yang dilakukan sebelum menikah atau berkeluarga. Berhubungan intim sebelum menikah memiliki dampak buruk bagi diri sendiri dan masa depan para remaja. Kurangnya edukasi tentang hal ini membuat minimnya pengetahuan para remaja mengenai dampak seks sebelum menikah. Lingkungan yang buruk adalah salah satu cikal bakal bagi para remaja untuk melakukan hubungan gelap ini.

Dengan melakukan hubungan seks pra-nikah akan merugikan semua orang, baik itu diri sendiri, keluarga hingga negara. Sebagian kehidupan pasti akan terancam kelam. Bagi diri sendiri, salah satu dampak yang umum terjadi pada remaja adalah hamil di luar nikah. Umumnya ini merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Itu terdengar sangat memalukan bukan di telinga kalian? Ya, inilah salah satu akibat dari berhubungan seks di luar nikah. Bayangkan saja, remaja yang masih memimpikan masa depannya dan masih menginginkan kebahagiaan masa pubertasnya harus kehilangan angan-angan terbesarnya itu. Mereka harus merelakan masa remajanya pergi begitu saja tanpa dapat dinikmati. Mengalami kram pada kaki, rasa mual yang datang saat mencium bau, pusing yang membayangi kepala, pendaharahan, nyeri perut pada bagian bawah akan mengiringi masa remajanya. Mereka juga memiliki tanggung jawab besar terhadap nyawa janin di kandungannya, sedangkan fisik dan mental mereka belum siap untuk melahirkan dan memiliki anak. Sementara lingkungan sekitar akan semakin mengucilkan remaja perempuan yang hamil di luar nikah. Alih-alih diberikan solusi yang tepat, umumnya lingkungan akan menjadikan “pernikahan” sebagai solusi menyelamatkan nama baik si remaja. Padahal hal ini justru akan menambah beban remaja secara psikologis.

Remaja yang terpaksa menikah muda ini akan dihadapkan pada tantangan dan tanggung jawab baru yang jauh dari hingar-bingar masa remaja seharusnya. Mereka harus siap menjadi orang tua kelak saat anaknya lahir ke dunia. Ini tidak hanya tentang mengandung 9 bulan lalu dapat terbebas dari risikonya, tetapi ini adalah risiko seumur hidup, termasuk membiayai kehidupan si anak. Untuk remaja yang telah mengalami kehamilan diluar nikah, pasti akan mengalami stress dan gangguan pada mentalnya, ditambah lagi dengan nama baiknya yang tercemar dan lingkungan yang mengucilkannya.

Sampai tahap ini keluarga akan ikut menanggung kerugian akibat kelakuan remaja ini. Bukan hanya menanggung beban psikologis karena sorotan negatif lingkungan sekitar, seperti dianggap tidak mampu mendidik anak, dianggap terlalu memberi kebebasan kepada remaja, dan berbagai label negatif lainnya. Kerugian secara finansial juga ditanggung keluarga tatkala remaja yang menikah dini ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Dampak lebih luas akan merugikan negara. Jika ini terus terjadi di masyarakat, negara akan kehilangan para remaja harapannya. Para remaja yang berprestasi, cerdas, dan membanggakan hanya akan menjadi angan-angan semata. Tak ada lagi remaja sehat, remaja cerdas, dan remaja berprestasi.

Maka itu, edukasi mengenai seks pra-nikah perlu dipertimbangkan untuk diberikan pada remaja sesuai perkembangannya. Edukasi ini tidak hanya dari lingkungan keluarga, tetapi juga harus menyeluruh sampai di lingkungan sekolah dan masyarakat. Hendaknya semua lapisan masyarakat berangsur-angsur dapat mengubah pola pikir tabu-nya menjadi lebih terbuka terhadap topik semacam ini. Dengan demikian, setidaknya dapat dihindari adanya remaja tanpa masa remaja akibat harus menjalani pernikahan usia muda. Remaja seharusnya dapat menikmati masa remaja dengan bahagia dan positif. Sayangi dirimu dan keluargamu dengan cara jauhi hubungan seks sebelum menikah dan jadilah remaja harapan bangsa yang cerdas, kreatif, dan sehat.

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top