Putu Noni Shintyadita
Relawan Kisara PKBI Bali
Berangkat dari fenomena remaja dewasa ini yang kita ketahui sendiri bahwa remaja sangat banyak mengikuti kegiatan baik di sekolah, kampus, di lingkungan, tempat kursus atau bimbel, klub-klub pengembangan minat bakat seperti olahraga, musik dan lain-lain. Jangankan remaja, anak-anak pun sekarang sudah banyak dituntut oleh orang tuanya untuk mengikuti berbagai macam kegiatan seperti kursus-kursus. Nah remaja saat ini yang memiliki segudang aktifitas tentunya harus bisa membagi waktu dengan baik dan juga mengelola emosi dengan baik agar tidak timbul suatu hal yang disebut dengan stres.
Apa Sih Stres Itu ?
Stres merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang diterima seseorang sebagai suatu ancaman keberadaannya. Dimana hal-hal yang memicu stres disebut dengan stressor.
Secara umum, orang yang mengalami stres merasakan perasaan khawatir, tekanan, letih, depresi, marah, cemas, dan lai-lain. Dimana terdapat 3 aspek gangguan yang dialami seseorang ketika stres yaitu :
- Aspek fisik :
Menyangkut hal-hal fisiologis seperti sakit kepala, sesak nafas, berkeringat sakit punggung, gangguan tidur, perubahan berat badan.
- Aspek kognitif :
Seperti sulit berkonsentrasi, memiliki pikiran-pikiran negatif, lebih sering mengkritik.
- Aspek psikologis :
Cenderung lebih mudah marah, cemas, sering menangis, kesulitan mengatur emosi, dapat memiliki konflik interpersonal.
Penyebab Stres
- Eksternal stressor
Stressor yang berasal dari luar individu, seperti :
- Lingkungan fisik :cahaya, kebisingan, suhu udara, kondisi ruangan
- Interaksi sosial : mengalami tindakan kekerasan atau agresif dari orang lain
- Organizational : situasi organisasi seperti deadline tugas, peraturan
- Peristiwa penting dalam hidup : kelahiran, kematian, putus dengan kekasih, pernikahan
- Kegiatan sehari-hari : mobil mogok, ketinggalan tugas atau kunci, lupa mematikan kran air sebelum pergi dari rumah
- Internal Stressor
Stressor yang berasal dari diri individu seperti pemilihan gaya hidup, jadwal padat, kurang tidur, pembicaraan pribadi yang negatif, pesimis, jebakan pemikiran seperti memikirkan hal-hal yang kurang realistis, berpikir kaku, take things personally, workaholic dan perfeksioni.
Tingkatan Stres
- Eustres :
Stres positif yang terjadi ketika tingkatan stres cukup tinggi untuk memotivasi agar bertindak menghadapi sesuatu. Seperti : cepat tanggap dalam mengerjakan tugas agar tidak terbebani nantinya, latihan fisik, balajar untuk mengikuti lomba
- Distress :
Stres negatif ketika tingkatan stres terlalu tinggi. Distress dapat mengganggu kesehatan dan ketidakseimbangan antara kemampuan untuk mencapai tuntutan.
Tahapan Stres
- Tahap alarm :
Perubahan fisiologis pada tubuh pengalaman dan persepsi ini mengganggu keseimbangan tubuh merespon stressor contoh : peningkatan denyut jantung, berkeringat, sakit perut, sakit kepala
- Tahap resistensi :
pada tahap ini, kita mulai menyesuaikan diri terhadap stressor dapat dilihat dalam indikator prilaku seperti kurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar, perubahan pola makan dan pola tidur, mudah marah, mudah panik, depresi.
- Tahap kelelahan :
Selama tahap ini, stressor tidak diatur secara efektif sehingga tubuh dan pikiran tidak mampu menghadapinya sehingga menimbulkan penyakit fisik dan psikologis pada individu. Jika dibiarkan akan menjadi stres jangka panjang yang akan berdampak buruk untuk kondisi mental, fisik dan spiritual individu.
Tips Mengelola Stres
- Pengorganisasian lingkungan :
Mengatur lingkungan tempat sekitar dengan baik agar dapat mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas seperti meningkatkan kualitas udara, pencahayaan, merapikan dan mendekorasi ruangan
- Meditasi dan relaksasi
- Bercerita permasalahan kepada orang terdekat dan dipercaya
- Menggunakan strategi coping, yaitu segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu:
- Problem-solving focused coping :
Dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres
- Emotional focused coping
Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya.
PERAN ORANG DEWASA
Paling sedikit ada tiga cara yang bisa dicoba orang dewasa untuk membantu remaja mengatasi stres yang mereka alami, yakni menyediakan pertolongan, memberikan dorongan semangat, dan memberikan dukungan selama masa stres. Orang dewasa dapat menolong sang remaja dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin akan timbul.
1. Doronglah remaja untuk mau curhat, dan dengarkan dengan penuh simpati. Ajukan pertanyaan, sehingga Anda memahami masalahnya. Jangan langsung melompat dengan membuat kesimpulan dan memberikan nasihat. Mereka mungkin hanya ingin dipahami, tidak lebih. Mungkin masalahnya tampak sepele bagi Anda, sementara bagi remaja bisa saja dirasakan sebagai soal besar. Menyepelekan masalah atau mengatakan “Kamu pasti bisa mengatasinya” tidak akan membantu. Itu menunjukkan bahwa Anda tidak memahami atau tidak senang mendengarkan masalahnya. Tanyakan kepada remaja apakah mereka membutuhkan nasihat Anda, atau ingin mengetahui apa yang akan Anda lakukan.
2. Tawarkan peneguhan, dorongan semangat, dan dukungan. Berkenanlah untuk memberikan penenang lewat kata-kata penghiburan atau sikap fisik yang menenteramkan. Tapi jangan putus asa bila si remaja menolak niat baik Anda atau bahkan marah. Hal ini merupakan reaksi normal dari penyandang stres. Sabarlah dan biarkan si anak mengetahui bahwa Anda bersedia untuk menolong bila dibutuhkan.
3. Pengalaman konkret adalah contoh yang paling efektif. Maka, ceritakanlah bagaimana Anda sebagai orang tua menghadapi persoalan dalam hidup selama ini. Katakah dengan jelas bahwa Anda senang membahas kesulitan-kesulitan yang dia hadapi. Bantu remaja belajar dan mempraktekkan kemampuan memecahkan masalah serta mengembangkan kemampuan sosial. Berikan saran tentang cara-cara mengatasi situasi sulit. Buatlah mereka memahami bahwa mereka dapat mengatasi masalah dengan cara yang berbeda.
4. Bantulah remaja untuk belajar mengendalikan emosi. Misalnya berjalan-jalan, bermain bola basket, mendengarkan musik, atau bercakap-cakap dengan seseorang.
5. Bantulah remaja untuk mengembangkan cara pandang yang berbeda. Bimbinglah mereka untuk melihat sisi positif, memastikan pada diri sendiri, agar dapat mengendalikan emosi diri sendiri.
6. Bantulah remaja untuk belajar serta menggunakan kemampuan dalam aktivitas-aktivitas yang baru. Berilah remaja kesempatan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Cara ini dapat membantu para remaja mengisi ulang baterai mereka.
Editor: I Gusti Ngurah Edi Putra