Oleh: Ni Kadek Ari Safitri* – SMAN Bali Mandara (Juara 3 Challenge Apresiasi #RemajaBerdaya)
Adverse childhood experiences (ACEs) adalah kejadian selama masa kanak-kanak yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan sehingga menimbulkan trauma. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan fisik, emosi, seksual & domestik, penyalahgunaan obat oleh orang tua, gangguan jiwa, bunuh diri/kematian, memiliki anggota keluarga yang dipenjara, dan lain-lain.
Sesuai data GEAS Denpasar, setidaknya 21% anak melaporkan lebih dari 5 pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan. Dalam 6 bulan terakhir setidaknya 51% laki-laki dan 46% perempuan mengaku mengalami kekerasan verbal. Tidak hanya itu saja, 32,5% anak khawatir disakiti oleh orang dewasa, 16% anak mengalami kekerasan fisik oleh sebaya, 11,6% disentuh secara seksual oleh orang, 3,5% memiliki orang tua yang pernah dipenjara, 9% menjadi korban kekerasan fisik oleh orang dewasa mabuk, dan 61,2% menengahi perundungan teman sebaya. Bentuk kekerasan lainnya adalah menerima paksaan untuk berhubungan seksual dari orang dewasa yang dialami oleh 4,3% responden. Remaja laki-laki konsisten melaporkan pengalaman ACEs yang lebih tinggi dari perempuan. Dari peristiwa inilah yang membuat kesehatan anak – anak dan remaja akan mulai terganggu. Mulai berkeinginan untuk menyakiti diri sendiri, melakukan penyalahgunaan obat dan alkohol, serta lain sebagainya.
Dari peristiwa inilah, pola asuh orang tua terhadap anaknya sangat perlu diperhatikan. Sebaiknya pola asuh yang tepat digunakan oleh orang tua untuk mendidik anaknya yaitu pola asuh yang dimana orang tua dan anaknya dapat membangun hubungan yang efektif selayaknya seorang teman atau sahabat. Dengan pola asuh seperti ini, anak akan memiliki sikap yang terbuka kepada orang tua dalam berbicara maupun bercerita tentang hal apapun yang mereka pernah alami. Orang tua juga dapat memberikan arahan dalam menjaga kesehatan mental pada anak, seperti membangun kepercayaan anak dan mengajarkan bagaimana cara yang baik untuk meredekan stress misalnya dengan berbagi cerita kepada orang tua, berpikir positif, meningkatkan ibadah dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Di sisi lain, orang dewasa juga harus dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan perbuatan buruk. Sehingga orang dewasa tidak dapat melakukan hal-hal yang bersifat negatif terhadap anak – anak seperti memaksa untuk melakukan hubungan seksual, melakukan kekerasan verbal ataupun fisik terhadap anak. Jika orang dewasa tidak lebih awal menyadari akan betapa pentingnya kesehatan mental dan apalagi memberikan contoh yang negatif kepada anak, maka mereka akan mengikuti apa yang orang dewasa contohkan kepadanya untuk masa mendatang. Maka dari itu, diharapkan orang dewasa dapat memberikan contoh yang positif untuk anak, sehingga mereka akan mengikuti contoh yang positif juga dari orang dewasa.
Dengan cara menjaga komunikasi yang baik dengan anak, kita dapat menjaga kesehatan mental mereka. Jadilah orang tua yang dapat memberikan contoh positif kepada anak dan jadilah orang dewasa yang dapat menjaga kesehatan mental anak tanpa melakukan kekerasan verbal maupun fisik. Jangan takut berbicara, demi masa depanmu yang cerah. Selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar dapat diberikan kemudahan dalam perjalanan hidup.