Keren itu Kita yang Menentukan, Bukan Rokok.

jonathan-fuller-510716-unsplash

Pernahkah kalian bertanya mengapa rokok masih dikonsumsi oleh banyak masyarakat ataupun bahkan kalian sendiri? Padahal mereka sendiri sudah tahu bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan. Bahkan dalam pergaulan remaja di Indonesia pun masih banyak masalah-masalah yang berkaitan rokok dan bagaimana mengatasinya ataupun bagaimana solusinya. Nah, pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini yang diperingati setiap tanggal 31 Mei merupakan pengingat bagi kita mengenai bahayanya merokok bagi kesehatan.

Di Indonesia, rokok sudah menjadi suatu bagian dalam pergaulan remaja. Bahkan banyak yang dimulai sejak mereka masih SMP atau bahkan SD, salah satu penyebabnya yaitu pandangan bahwa rokok adalah tolak ukur dalam menentukan kedewasaan bagi mereka bahwa mereka bukan anak kecil lagi (Hurlock, 1980). Penyebab lain adalah rasa ingin tahu, banyak dari orang-orang dewasa sekarang menyatakan mereka merokok karena pada awalnya hanya ingin tahu dan coba-coba karena melihat banyak di lingkungan mereka terdapat perokok. Dan penyebab yang paling banyak membuat para remaja merokok adalah mereka ingin diterima dalam suatu pergaulan tertentu, Karena jika tidak merokok,  mereka dianggap cupu dan tidak gaul sehingga mereka akan dikucilkan dalam pergaulan.

Banyak remaja sekarang menganggap bahwa merokok merupakan penanda bahwa mereka keren dan gaul ataupun jantan. Tahukah kalian bahwa banyak dari orang tua mereka yang merupakan perokok juga melarang anak-anaknya mengkonsumsi rokok. Kenapa bisa seperti itu? Iya karena mereka, yaitu para orang dewasa sudah tahu akibat dari bahayanya merokok begitu juga para remaja, mereka sudah tahu akan bahaya rokok bagi kesehatan dan mereka terus mengabaikannya salah satunya karena ingin terlihat keren dan diterima dalam suatu pergaulan. Juga, seperti yang kita tahu rokok bersifat adiktif, yang sulit bagi para perokok untuk mengatasinya. Dan juga, tanpa mereka sadari rokok juga membahayakan bagi orang yang berada di dekatnya karena menghirup asap yang sama berbahayanya.

Lebih dari sepertiga atau 36,3 persen penduduk Indonesia menjadi perokok dan  20 persen dari perokok tersebut merupakan remaja berusia 13-15 tahun serta jumlah untuk remaja laki-laki yang merokok mengalami peningkatan mencapai 58,8 persen dari pada tahun sebelumnya (tahun 2016) menurut penyampaian Menteri Kesehatan Nila Moeloek tahun 2017 lalu (TEMPO.CO, 2017). Ini menandakan bahwa remaja-remaja Indonesia masih terus mengabaikan bahayanya merokok bagi kesehatan.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus memaksa mereka untuk tidak merokok dengan jalan kekerasan atau paksaan? Tidak, kita tidak harus memaksa mereka berhenti. Kita cuma harus membuat mereka paham tidak hanya tentang bahayanya merokok bagi kita semua tapi juga paham bahwa kita sebagai remaja tidak harus memerlukan rokok untuk menunjukkan bahwa kita tidak cupu ataupun anak kecil. Rokok bukanlah keharusan agar diterima dalam sebuah pergaulan. Kita bisa menjadi keren ataupun gaul sesuai pilihan dan hobby kita dan yakinlah, masih banyak teman yang kita bisa dapatkan tanpa harus merokok. Dan rokok bukanlah alasan untuk melepaskan stres sesaat.

Ade (Relawan KISARA)

Catatan Kaki :

Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). (Terj. Istiwidayanti & Soedjarwo; Ed. Sijabat, R. M.). Jakarta. Penerbit Erlangga.

Hayati-Tempo, I. (2017, May 15). Tempo. Retrieved 2018, from Tempo: https://nasional.tempo.co/read/875384/menteri-kesehatan-sepertiga-penduduk-indonesia-perokok

Media: Jonathan Fuller @ Unsplash

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top