Journey4Life for Dance4Life

Apa yang ada di bayanganmu jika mendengar kata Dance4Life? Sebuah tarian untuk menyenangkan kehidupan atau sebuah gerakan dengan alunan musik tanpa makna? Saya pun saat mendengar kata Dance4Life untuk pertama kalinya juga membayangkan hal yang sama. Namun, setelah terlibat aktif sebagai Champion4life atau fasilitator, mulai dari pelatihan hingga implementasi programnya, begitu banyak hal yang dapat menjadi pembelajaran, seperti sikap kepemimpinan, permasalahan anak muda, dan peran yang dapat diambil untuk berkontribusi dalam pemecahan masalah tersebut. Inilah yang kemudian saya bagikan dalam sebuah live instagram bersama dengan kak Sri Dewi Utami, Champion4Life PKBI Lambung pada akun instagram @dance4lifelampung pada hari Selasa, 29 September 2020 lalu.

Dance4Life adalah sebuah program untuk melatih sikap kepemimpinan dalam upaya pemberdayaan anak muda untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri, menerapkan perilaku hidup sehat, saling menghargai persamaan dan perbedaan, serta memiliki kematangan emosi. Dengan sikap ini akan mendorong anak muda untuk dapat beradaptasi dengan masalah – masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan berdampak positif baik itu untuk dirinya sendiri maupun orang lain di lingkungan sosialnya. Program Dance4Life ini telah diimplementasikan di 3 benua di dunia, dengan 9 negara salah satunya Indonesia, yang mana national concept owner-nya adalah Rutgers WPF Indonesia. Dalam implementasi program ini, Rutgers WPF Indonesia berkolaborasi dengan beberapa mitra. Dua di antara semua mitra tersebut adalah PKBI Bali dengan youth center-nya Kisara dan PKBI Lampung dengan youth center-nya Skala. Hal inilah yang menjadi alasan dilaksanakannya sharing bersama melalui live instagram.

Program Dance4Life diimplementasikan dalam sepuluh kali pertemuan yang kita sebut dengan Journey4Life. Untuk di Bali, program ini diimplementasikan di sepuluh sekolah di kota Denpasar, satu di antaranya adalah SMA dan sisanya adalah SMP. Berbeda dengan peer educator yang memberikan edukasi secara satu arah, tetapi dalam Journey4Life lebih menjadikan Champion4Life sebagai peer leader yang akan memandu aktivitas pada setiap pertemuannya. Karena yang lebih ditekankan dalam perjalanan ini adalah experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Di mana pada akhir setiap aktivitas, Champions4Life akan memandu diskusi untuk mencari makna setiap aktivitas yang dilakukan. Dalam diskusi ini Champions4life berperan sebagai role model bagi Agent4Changes yang merupakan sebutan untuk peserta yang menjadi penerima manfaat dari program ini. Selain itu, pada setiap pertemuan juga diupayakan untuk dapat membangun ruang yang aman bagi setiap peserta untuk mengemukaan pendapatnya tanpa ada rasa khawatir untuk disebarluaskan ke forum lain. Yang tidak kalah menariknya adalah di akhir pertemuan ke-4, tiga perwakilan Agent4Changes diajak untuk mengunjungi layanan kesehatan ramah remaja yaitu puskesmas terdekat dari sekolahnya. Melalui kunjungan ini, mereka dapat mengetahui fasilitas – fasilitas maupun program layanan kesehatan ramah remaja yang dapat mereka akses, yang mana tiga orang Agent4Changes ini akan menjadi penyalur informasi kepada teman – teman lainnya yang tidak berkesempatan ikut, dengan memposting foto kunjungan ke akun instagramnya dan menceritakan pengalamannya melalui caption. Dengan metode ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak muda terkait dengan kesehatan dirinya khususnya kesehatan seksual dan reproduksi, serta dapat berkontribusi dalam upaya untuk mengatasi masalah – masalah yang terjadi di lingkungan sosialnya.  

Pada tahun 2019, kegiatan di masing – masing sekolah dilakukan secara offline. Respon dari setiap sekolah sangatlah baik, hal ini ditandai dengan kesiapannya pada setiap pertemuan dalam Journey4Life ini ditambah lagi dengan keantusiasan yang tinggi dari Agent4Changes. Namun, dengan hadirnya pandemi global Covid-19 di tahun 2020 ini membuat implementasi Dance4Life dialihkan menjadi online. Tantangan, sudah pasti ada, khususnya dalam hal kesiapan, karena pada saat pelatihan kita memang dilatih untuk mengimplementasikan program ini secara offline, namun dalam situasi ini kita dituntut untuk siap melakukan implementasi secara online. Kemampuan adaptasi dan pengembangan sikap kreativitas dalam mengemas setiap aktivitas untuk disampaikan secara virtual pada Champions4Life sangat diperlukan dalam situasi saat ini, agar setiap aktivitas tetap dapat terlaksana dengan tanpa mengurangi esensi yang terkandung di dalamnya. 

Diharapkan ke depannya akan ada lebih banyak anak muda yang dapat mengambil peran sebagai peer educator maupun peer leader bagi teman – temannya. Sehingga lebih banyak pula anak muda yang teredukasi dan terberdayakan, sehingga dapat menyadari, memahami, dan mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi untuk menghasilkan keputusan yang tepat dan berdampak positif.

 

Sintya Anggreni

Relawan KISARA PKBI Bali

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top