Indonesia merupakan salah satu negara dengan persentase pernikahan dini yang cukup tinggi. Berdasarkan data Catahu Komnas Perempuan tahun 2018, terdapat 3.528 kasus, dimana 76% diantaranya adalah kekerasan terhadap perempuan di ranah publik seperti pencabulan, pelecehan seksual, pemerkosaan dan persetubuhan. Hal ini menunjukan perlunya Pendidikan serta Layanan terkait Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada anak dan remaja yang komperehensif dan tentunya mudah diakses oleh remaja.
Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan remaja untuk menjalin kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab atas pilihannya, yang meliputi persiapan fisik, psikis dan sosial untuk menikah dan menjadi orang tua. Inilah yang kemudian mendorong PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Daerah Bali melalui program KISARA (Kita Sayang Remaja), untuk terus berupaya mendukung pemenuhan kebutuhan remaja luar sekolah terhadap Pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang komperehansif. Salah satu kegiatannya adalah CSE (Comperehensif Sex Education) Luar Sekolah yang dilaksanakan pada Sabtu, 12 Maret 2022 di Yayasan SOS Children’s Village Bali yang bertempat di Tabanan. Kegiatan melibatkan remaja kurang mampu dan yatim piatu dengan rentang usia 13-18 tahun sejumlah 34 orang untuk diajak berdiskusi bersama menyampaikan aspirasi dari remaja sebagai penerima manfaat, dengan harapan kegiatan ini dapat menjawab kebutuhan remaja luar sekolah agar mendapatkan Pendidikan Kesehatan reproduksi dan seksual yang komperehensif.
Diskusi yang terjadi meliputi diskusi tentang pengetahuan remaja tentang remaja dan Kesehatan reproduksi dan seksual, menggali tentang sekolah dan Pendidikan baik secara formal maupun informal di lingkungan tempat tinggal remaja, serta menggali rekomendasi remaja terkait CSE (Comperehensif Sex Education) dan layanan kesehatan reproduksi. Diskusi dilaksanakan dengan membagi remaja menjadi kelompok-kelompok diskusi kecil yang terbagi menjadi 3 (tiga) sesi diskusi.
Melalui diskusi dengan remaja ini, didapatkan bahwa informasi kesehatan reproduksi dan seksual masih sangat diperlukan oleh remaja, sehingga perlu penyediaannya di sekolah maupun langsung ke komunitas remaja yang dilaksanakan rutin. Informasi kesehatan reproduksi memang telah diberikan di sekolah melalui pelajaran biologi/IPA secara umum, namun remaja merasa informasi tersebut belum cukup menjawab kebutuhannya. Masih adanya persepsi bahwa mengakses layanan hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki keluhan, memiliki masalah kesehatan ataupun yang sedang merasa sakit. Selain itu minimnya informasi terkait akses layanan kesehatan remaja mengakibatkan rendahnya cakupan layanan kespro pada remaja di luar sekolah. Remaja juga membutuhkan adanya layanan konseling karena beberapa remaja menyampaikan ada hal-hal yang tidak nyaman diceritakan kepada orang dewasa disekitarnya tapi juga tidak yakin untuk diceritakan ke teman sebaya sehingga perlu bantuan dari ahli seperti tenaga kesehatan.
Kedepannya, diharapkan melalui kegiatan ini, dapat terwujudnya CSE luar sekolah serta Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksual yang mudah diakses oleh remaja. Tentunya, besar harapan kami dapat dilaksanakan CSE Luar sekolah secara berkala atau/atau bisa terlaksananya kegiatan Posyandu Remaja untuk remaja di luar sekolah. Untuk terwujudnya hal ini, maka perlunya Kerjasama banyak pihak khususnya Puskesmas setempat. Dengan adanya kerjasama aktor strategis dalam pemberian edukasi kesehatan seksual dan komprehensif untuk remaja di luar sekolah, semoga banyak remaja yang semakin terbuka untuk berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dan seksualnya, sehingga informasi yang benar dapat terserap dengan baik dan masalah dapat sedini mungkin dicegah.
Ade Lia Novita Sari
Relawan Kisara
2 thoughts on “CSE Educated Engagement: Upaya Pemberian Pendidikan dan Layanan Kespro yang Komperehensif dan Mudah Diakses”
Wow wow mantap sekaliii ???
Wow wow mantap sekaliii ???