Eka Purni
Relawan Kisara PKBI Bali
Dalam suatu masa, akan ada saat dimana pisau tertajam di dunia akan tumpul karena usang dan tidak rutin diasah begitu pula otak dan kemampuan manusia. Sepandai dan seterampil apapun manusia di dunia ini, pasti akan ada saat ketika mereka akan kembali belajar mengenai hal – hal yang biasa mereka lakukan. Bayangkan saja saat Steve jobs ex CEO Apple sudah cukup puas dengan karyanya pada produksi produk Apple pertama kali, dan berhenti untuk belajar dan melakukan inovasi baru, maka akankah produk mereka diburu dan dinanti berjuta umat di dunia saat ini?
Sejalan dengan uraian di atas, dikutip dari pernyataan Anthony J. Robbins (personal coach dari Amerika, pelatih sukses no 1 di dunia) yang menyebutkan bahwa perubahan tidak akan pernah dapat dihindari di dunia ini. Dengan kata lain, satu – satunya hal yang kekal di dunia ini adalah perubahan itu sendiri, apalagi ditambah dengan adanya arus globalisasi yang menyebabkan arus perubahan dan pembaharuan informasi hitungannya sudah mencapai millisecond. Oleh karena itu, proses belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan haruslah dilakukan terus menerus atau dikenal dengan istilah long life education. Begitupun halnya apabila dikaitkan dengan kehidupan suatu komunitas yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan sosial pada masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh anggotanya harus terus menerus di-update, sehingga secara efektif dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
KISARA (Kita Sayang Remaja) sebagai salah satu komunitas yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat khususnya remaja, telah melakukan kegiatan pelatihan kepada relawannya di awal perekrutan. Pada pelatihan awal tersebut, relawan KISARA diberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan semacamnya disertai pula dengan praktik melakukan beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh relawan KISARA. Saat pelatihan awal berakhir, relawan baru juga harus mengikuti tahap magang, dimana tidak langsung terjun memberikan pelayanan, namun mengamati terlebih dahulu. Setelah semua proses tersebut terlewati, kemudian relawan baru dapat memberikan pelayanan secara langsung, baik itu berupa sebagai pembicara ceramah, menjadi narasumber di radio, konselor dan lainnya. Namun, apakah proses belajar cukup sampai di situ saja ?
Merujuk kembali pada pernyataan yang menyebutkan bahwa perubahan itu kekal, maka proses belajar pun harus senantiasa terus menerus untuk dilakukan. Capacity building merupakan salah satu bentuk proses belajar tersebut. Selain kita dapat me-refresh kembali pengetahuan dan keterampilan kita, informasi dan ilmu baru juga dapat kita ketahui. Walaupun sebagian besar relawan KISARA telah dibekali pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dan juga memiliki pengalaman terjun ke lapangan yang tidak sedikit, namun masihkan kegiatan capacity building itu dianggap penting?.
Capacity building ternyata juga tidak hanya dapat menjadi bentuk penyegaran informasi dan keterampilan, tetapi juga dapat secara tidak langsung sebagai bahan evaluasi terhadap apa yang sudah relawan lakukan selama ini. Dengan menghadirkan pembicara yang expert di bidangnya, relawan mendapatkan keuntungan untuk melakukan evaluasi diri sendiri melalui perbandingan dengan pengalaman pembicara. Sebagai contohnya, walaupun penulis telah memiliki banyak pengalaman sebagai narasumber di radio – radio partnership KISARA, namun ada ilmu baru yang penulis dapatkan dalam hal penyiaran di radio dan sekaligus juga membandingkan apa yang telah dilakukan sebelumnya dengan ilmu dan teori yang diberikan narasumber. Kedepannya, dengan mengikuti kegiatan capacity building tersebut, relawan KISARA tidak hanya mendapatkan penyegaran informasi maupun keterampilan, tetapi juga ilmu baru serta bentuk evaluasi diri terhadap kinerja selama ini. Begitu pun yang terjadi pada komunitas lainnya, dan bahkan pegawai di instansi – instansi swasta maupun pemerintah juga melakukan hal yang sama.
So, penting gak sih capacity building itu? Penulis sudah dengan jelas menjawab melalui uraian di atas. Namun, penting gak penting itu tanyakan kembali pada motivasi diri kita sendiri. Silahkan pilih, mau menjadi pisau tumpul yang terus diasah atau pisau tajam yang hanya digunakan tanpa diasah.
“Stay Hungry. Stay foolish” – Steve Jobs
Editor: I Gusti Ngurah Edi Putra