Ayo Bully Aku!!!

Photo by Timothy Eberly on Unsplash

Sedih, kesal, kecewa, tidak percaya diri, marah, hingga menyendiri, memberontak dan bahkan depresi. Apakah itu yang kamu rasakan dan lakukan sebagai remaja saat menjadi korban bullying?

Bullying adalah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti yang diperlihatkan kedalam aksi yang dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang yang menyebabkan korbannya menderita (Ken Rigby dalam Astuti, 2008;3, dalam Ariesto, 2009). Bullying sering sekali terjadi pada remaja. Berdasarkan penelitian Kardiana dan Westa (2015) yang dilakukan pada siswa SMP PGRI 2 Denpasar, sebesar 28,4% siswa sudah melakukan bullying ringan dan 6,3% bullying sedang dengan tingkat depresi ringan (26,3%) dan depresi sedang (14,7%). Bullying terdiri dari berbagai jenis aksi seperti memberikan julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, pengucilan dan bahkan tindakan fisik seperti memukul, mencekik, meninju, menendang, menggigit, meminting, mencakar, meludahi, merobek pakaian hingga mencederai korbannya. Aksi bullying tidak hanya dapat terjadi secara langsung, melainkan juga dapat dilakukan melalui media sosial dengan mengirimkan pesan negatif secara terus menerus kepada korbannya baik melalui sms, pesan di internet, dan media sosial lainnya (Coloroso, 2007).

Taukah kenapa dirimu suka di-bully?

Terjadinya tindakan bullying pada remaja tidak serta merta tanpa adanya alasan untuk melakukannya. Tindakan bullying terjadi karena pelaku merasa korbannya lebih lemah, tak berdaya dan tak mampu melawan. Hal ini menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya bullying mengingat mudahnya korban merasa sedih, kesal, kecewa, tidak percaya diri, marah, menyendiri, memberontak bahkan depresi sehingga membuat pelakunya merasa senang terhadap tindakan bullying yang dilakukannya. Selain itu, terjadinya bullying juga disebabkan oleh beberapa faktor pendukung seperti masalah keluarga, ketidakmampuan bergabung dengan kelompok sebaya, kondisi lingkungan sosial seperti kemiskinan dan lain sebagainya (Ariesto, 2009).

Dengan demikian masih maukah kamu menjadi korbannya dan/atau pelakunya?

Pastinya tidak kan? Nah, berdasarkan faktor utama yang menyebabkan terjadinya bullying, maka hendaknya hentikan dengan metode BULLY PLUS yaitu:

1. B : Buktikan pada pelaku bahwa kamu merasa tidak terganggu dengan cara ikutlah tersenyum bahkan tertawa setiap dilakukannya tindakan bullying karena ketika pelaku merasa korbanya tidak merasa tersakiti maka pelaku tersebut akan merasa gagal dan berhenti melakukannya. Selain itu dengan ikut serta merasa senang dan menjadikan bullying bukan suatu beban maka secara tidak langsung dapat menghindari depresi akibat tindakan bullying

2. U : Ulangi bullying tersebut dengan ikut membully diri sendiri. Lakukanlah dengan cara mengulangi setiap perkataan yang diucapkan. Contohnya ketika kamu dibilang nenek sihir ikutlah menyatakan bahwa kamu memang nenek sihir yang bisa membuat pelaku jatuh cinta disertakan dengan ikut tertawa sehingga bullying berakhir menjadi candaan semata.

3. L : Lakukan metode B dan U diatas setiap kali kamu dibully. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tindakan bullying yang berulang.

4. L : Laporkan tindakan bullying kepada pihak yang berwajib apabila bullying yang dilakukan dapat mencemari nama baik hingga mencederai/melukaimu agar pelaku merasa jera dan tidak mengulanginya lagi.

5. Y : Yakini metode B hingga L akan berhasil apabila kamu berani bertindak untuk melawan dan menghentikan bullying yang terjadi

PLUS-nya adalah tambahan bagi yang merasa pernah dan atau masih suka melakukan tindakan bullying hendaknya dapat berpikir berulang kali melakukannya guna menjaga perasaan korban. Selain itu berusahalah memposisikan diri apabila berada diposisi tersebut. Jika belum bisa melakukan hal tersebut ingatlah metode BULLY yang dapat menghentikan tindakan tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peran diri sendiri yang disertai metode BULLY PLUS dapat menghentikan tindakan bullying yang terjadi di masyarakat. Lawan dan hentikan bullying sekarang juga!

 

Artikel Oleh:

I Wayan Nova Suandita (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung)

Juara II Lomba Menulis Artikel IYD 2018

 

Catatan Kaki:

Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.

Coloroso, B. (2007). The Bully, The Bullied, and The Bystander. New York: HarperCollins. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.

Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto, 2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.

Kardiana, I Gede Surya dan Westa, I Wayan. 2015. Gambaran Tingkat Depresi Perilaku Bullying pada Siswa di SMP PGRI 2 Denpasar. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses pada tanggal 30 Juni 2018.

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top