Mindset Masyarakat terhadap Kesetaraan Gender

Photo by Markus Winkler on Unsplash

Oleh: Ni Made Meiska Dwi Cahyani* – SMAN 1 Sukawati (Juara 1 Challenge Apresiasi #RemajaBerdaya)

Kesetaraan gender adalah hilangnya diskriminasi terhadap perbedaan jenis kelamin akibat suatu kesempatan ataupun manfaat dan akses terhadap pelayanan (Kemenpppa, 2021). Tuhan menciptakan manusia berdasarkan jenis kelaminnya yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Dilihat dari segi biologis, perempuan dan laki-laki memiliki banyak sekali perbedaan, mulai dari bentuk tubuhnya, organ reproduksinya, pertumbuhannya, dan masih banyak lagi. Namun, apakah hal ini mempengaruhi peran mereka dalam menjalankan kehidupannya? Apakah mereka perlu mendapatkan perlakuan yang berbeda karena bentuk fisiknya yang berbeda? Tentunya tidak. Perempuan dan laki-laki memiliki standar yang sama sebagai manusia yang Tuhan ciptakan tanpa peran yang berbeda. Hal inilah yang disebut dengan kesetaraan gender.

Sampai saat ini, mindset tentang kesetaraan gender masih belum begitu melekat pada masyarakat, khususnya di Indonesia. Setiap harinya, ketidaksetaraan gender sering ditemukan dalam lingkungan kehidupan kita, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan lainnya. Masih banyak di antara kita semua didiskriminasi karena ‘katanya’ tidak sesuai dengan gendernya. Contohnya seperti kodrat perempuan yang sering dilebih-lebihkan. Perempuan harus bisa memasak, membersihkan rumah, melayani suami, dan masih banyak lagi. Nyatanya, kodrat perempuan itu hanya 3, yaitu menstruasi, hamil, dan melahirkan. Tak hanya perempuan saja, laki-laki pun sering mengalami hal yang sama. Laki-laki dituntut untuk bisa bekerja keras hingga sukses, menghasilkan sesuatu yang besar, terlihat berani, bertanggung jawab, dan juga masih banyak lagi.

Konsekuensi jika kita tidak memenuhi standar tersebut adalah diskriminasi dari orang sekitar. Kita akan dijauhi dan diremehkan. Hal-hal seperti inilah yang menimbulkan suatu mindset bagi orang-orang, baik yang didiskriminasi maupun yang mendiskriminasi. Masyarakat akan memiliki mindset bahwa setiap laki-laki dan perempuan memiliki standarnya tersendiri, khususnya bagi para remaja yang belum mengetahui jati diri mereka.

Berdasarkan Baseline GEAS (Global Early Adolescent Study) tahun 2019 tentang Norma Gender dan Pemberdayaan, yang dimana dilakukan di 3 kota, yaitu Bandar Lampung, Denpasar, dan Semarang. Penelitian ini menyatakan sebagian besar remaja laki-laki setuju bahwa mereka harus berani dan tidak berperilaku lemah, sedangkan sebagian besar remaja perempuan setuju bahwa mereka harus memiliki sifat yang lemah lembut dan lebih membutuhkan perlindungan dari orang tua. Bahkan, dari penelitian tersebut juga menyatakan 2 dari 10 remaja laki-laki dan 1 dari 10 remaja perempuan setuju bahwa mengolok orang yang berperilaku tidak sesuai dengan gendernya merupakan hal yang tidak perlu dipermasalahkan. Kedua hal di atas membuktikan bahwa masih banyak remaja yang belum begitu sadar akan pentingnya kesetaraan gender.

Perlu kita semua ketahui bahwa seluruh perempuan dan laki-laki itu sama-sama seorang manusia yang hidup dan berinteraksi di dunia ini. Mereka tidak harus berperilaku sesuai dengan gendernya dan tidak harus diragukan karena bertolak belakang dengan gendernya. Setiap manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki keunikannya masing-masing. Laki-laki bisa menjadi lemah lembut, dan perempuan bisa menjadi gagah dan berani. Tidak ada yang dapat menghalangi mereka untuk bisa menjadi dirinya sendiri. Semuanya normal, tidak ada standar yang dapat menentukan suatu kriteria yang tepat untuk perempuan dan laki-laki.

Oleh karena itu, perbedaan jenis kelamin sama sekali tidak mempengaruhi peran kita dalam menjalani kehidupan, karena kembali lagi bahwa laki-laki dan perempuan itu sama. Mindset tentang kesetaraan gender memang masih belum begitu melekat pada masyarakat, baik itu pada remaja maupun orang dewasa. Tapi perlahan-lahan, kita pasti bisa membuat pikiran lebih terbuka akan pentingnya kesetaraan gender. Jadilah diri kita sendiri, jangan takut akan pandangan orang lain tentang diri kita dan jangan takut diragukan orang lain, karena sesungguhnya gender itu hanyalah standar yang orang buat, tidak ada hukum ataupun ajaran agama yang mengatur tentang standar gender bagi perempuan dan laki-laki.

Sumber:

Kemenpppa. 2021. Glosary Gender. Diakses pada 16 September 2021, dari https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/20

GEAS (2019). Mindset Masyarakat terhadap Kesetaraan Gender. Policy Brief_Issue _1_Vol  1_Jan, 1(1), 2-5.

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top