Tidak Apa untuk Sedih, Bukan Masalah Gender

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Pernah gak sih dengar kalimat, “jadi cowok gak boleh nangis! harus kuat.” atau mungkin kalimat “Jadi cowok kok lembek banget, gak malu apa!”. Untuk kamu yang pernah mendengar kalimat sejenis itu atau bahkan kalimat itu dilontarkan untukmu, jangan khawatir karena itu bukanlah hal yang membuatmu menjadi cowok cengeng, lembek, atau bahkan laki-laki pengecut.

Anggapan bahwa seorang laki-laki harus menjadi orang yang kuat dan selalu dapat diandalkan seringkali malah menggeser maknanya, yang malah menjadi bermakna bahwa laki-laki tidak boleh mengungkapkan perasaan atau emosi sedihnya yang justru pada dasarnya setiap orang memiliki perasaan tersebut dan berhak untuk meluapkan ataupun bisa dibilang mengekspresikan perasaan dan emosinya.

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak atas perasaan dan emosinya dan tidak malah terbatasi oleh stigma tersebut, yang cenderung juga diakibatkan oleh budaya yang ada di masyarakat yang menyebabkan laki-laki lebih memilih memendam perasaanya dibanding untuk mengungkapkannya. Budaya yang biasanya menuntut seseorang untuk menjadi pemimpin dan bertanggung jawab saat dewasa nanti, alhasil dengan memendam perasaan sedih tersebut justru memberatkan dan menjadi masalah untuk laki-laki dalam hal ini tidak terkecuali untuk remaja.

Nah, menurut temuan dari riset yang dilakukan oleh Global Early Adolescent Study (GEAS) pada remaja usia 10-15 tahun terdapat 33,5% remaja laki-laki menyatakan bahwa merasa sedih lebih tinggi dibanding remaja perempuan yaitu 29,1 %. Selain itu 25,2% remaja laki-laki merasa sangat tidak bahagia sehingga berfikir ingin menyakiti diri sendiri yang juga lebih tinggi angkanya dibanding remaja perempuan yaitu 15,1%.

Hal ini menunjukkan remaja laki-laki cenderung rentan mengalami gejala depresi. Perasaan sedih dan menangis merupakan hal yang wajar untuk diekspresikan, bukannya malah dipendam dan membuat beban untuk diri sendiri, kita sebagai remaja ataupun juga sebagai teman patut merangkul dan bersedia menerima ekspresi sedih tersebut dengan mendengarkan bukan menjatuhkan. So, It’s okay to not be okay. So are boys!

Sahabat Kisara juga bisa menceritakan berbagai permasalahan yang dihadapi di platform Kisara yaitu bisa pada Line Pacar Idaman bit.ly/LinePacarIdaman atau pada Facebook Konseling Kisara!

 

Ade

Relawan Kisara

 

Referensi

Kesehatan Remaja Awal di Kota Denpasar: Temuan dari GEAS-Indonesia: 2019. Yogyakarta: UGM Center for Reproductive Health.

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top