Dulu dan Sekarang: Laki-Laki dan Perempuan Berhak Berjalan Beriringan

457px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776“Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau!’ Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kalimat ‘aku tidak dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.” – Habis Gelap Terbitlah Terang (RA Kartini)

Tanggal 21 April lalu adalah hari yang bermakna bagi rakyat Indonesia, utamanya bagi kaum perempuan. Banyak yang memperingatinya dengan berbagai kegiatan seperti; mendaki gunung bersama dimana seluruh pendakinya adalah perempuan, mengadakan peragaan busana dengan memakai pakaian-pakaian adat daerah, ataupun dengan menulis status terkait hari spesial tersebut di akun sosial media masing-masing. Semua hal tersebut dilakukan pada tanggal 21 April dengan tujuan untuk memperingati hari lahir Raden Ajeng Kartini. Seperti yang tertulis dalam lirik lagu Ibu Kita Kartini karya W.R. Supratman, beliau memang sangat berjasa bagi Indonesia terutama kaum perempuan. RA Kartini merupakan pahlawan yang mulia atas cita-citanya terhadap emansipasi dan kesetaraan terhadap kaum perempuan agar mereka bisa terus bersinar, seperti yang tercantum dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Sahabat KISARA, RA Kartini telah berjuang untuk mewujudkan emansipasi perempuan dengan berlapis-lapis tantangan yang harus beliau dihadapi pada masanya. Oleh karena itu mengapa beliau pantas mendapatkan gelar sebagai pejuang emansipasi perempuan. Namun, apakah kalian tahu makna sebenarnya dari emansipasi itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat (seperti persamaan hak kaum perempuan dengan kaum laki-laki). Nah, pada masanya, RA Kartini memiliki cita-cita agar para perempuan Indonesia mendapatkan hak yang setara dengan pria yaitu dalam hal pendidikan, selain itu juga mendapatkan perlakuan yang sama tanpa adanya pengekangan hukum yang membatasi untuk berkembang dan maju.

Berkat usaha RA Kartini di masanya, saat ini perempuan dan laki-laki sudah mendapatkan hak yang sama dalam hal pendidikan. Bahkan perempuan masa kini sudah banyak yang mampu menjadi pemimpin, baik sebagai pemimpin rumah tangga, perusahaan, organisasi, dan hal besar lainnya. Nah, Sahabat KISARA, jika semua perempuan sudah mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan posisi sebagai pemimpin, apakah kita masih bisa melanjutkan perjuangan Kartini? Jawabannya: Bisa. Di luar sana, ternyata masih banyak perempuan yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan. Beberapa contohnya adalah kekerasan terhadap kaum perempuan.

Apa hubungan kekerasan terhadap kaum perempuan dengan emansipasi? Peristiwa kekerasan pada perempuan merupakan bukti bahwa perempuan masih dianggap lemah oleh kaum pria. Satu hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah mau berubah dan menyadari bahwa posisi laki-laki tidak berada diatas perempuan dan begitu juga sebaliknya. Sehingga, tidak akan ada yang merasa diperbudak oleh satu dengan yang lain. Kesetaraan berarti laki-laki dan perempuan wajib dan berhak berjalan beriringan untuk terus berkembang.

Nah, Sahabat KISARA, selain memperjuangkan tentang emansipasi dan kesetaraan, Hari Kartini memberikan kita makna bahwa untuk menjadi seorang pahlawan itu tidak harus memegang senjata. Kita bisa menjadi seorang pahlawan dengan menjadi orang yang berguna untuk banyak orang berdasarkan peran dan keahlian kita masing-masing serta yang paling penting kita mau untuk mewujudkannya. Selamat Hari Kartini!(han)

Oleh: Ade (Relawan KISARA)

 

Catatan Kaki :

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

R.A. Kartini. 2011. Habis Gelap Terbitlah Terang Door Duisternis Tot Licht. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top