Kehamilan yang tidak diinginkan atau biasa disebut dengan singkatan KTD masih banyak terjadi khususnya di Indonesia sendiri. Kenyataan tersebut membuat layanan-layanan dan akses menjadi sangat dibutuhkan untuk penanganan KTD sendiri, akan tetapi remaja-remaja di Indonesia masih belum sepenuhnya mendapatkan akses/layanan terkait Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Selain karena menganggap KTD sebagai aib atau hal memalukan, salah satu alasan lainnya adalah karena kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Nah sahabat Kisara, dengan memusatkan pada pembahasan terkait isu KTD, PKBI mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas remaja dalam pencegahan dan penanganan kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pada remaja, bertempat di Lorin Sentul Hotel, Bogor dari tanggal 3 – 5 Desember lalu yang diikuti oleh relawan-relawan Youth Center baik dari PKBI Jawa Tengah, PKBI Jawa Timur, PKBI Bali, PKBI Sumatera Utara, dan PKBI Pusat. Kegiatan pelatihan ini sendiri dibuka langsung oleh Bapak Eko Maryadi selaku Direktur Eksekutif PKBI Pusat, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan terkait perbedaan nilai, identitas, serta keberagaman lain yang memunculkan sikap yang berbeda pada masing-masing komponen tersebut yang juga disertakan bermain peran terhadap studi kasus KTD, dengan menunjukkan perbedaan solusi ataupun sikap berdasarkan identitas seseorang baik sebagai orang tua, guru, ataupun juga teman. Semua itu terangkum jelas pada sesi refresh VCAT (Value Clarification Attitude Transformation).
Pada hari kedua, kegiatan dimulai dengan review terhadap materi pada hari pertama sebelum dilanjutkannya dengan Mekanisme penanganan KTD serta pembahasan terkait asesmen layanan KTD pada masing-masing daerah bersama Kak Fre dan Mbak Heny. Pada materi tersebut dijelaskan bagaimana tata laksana advokasi serta kebijakan terkait isu KTD serta aborsi aman baik di PKBI dan di Indonesia. Sesi selanjutnya kemudian diisi oleh Kak Fe dan teman-teman fasilitator dari PKBI Pusat dengan Materi Data Management serta Campaign di media sosial sebagai media dan strategi advokasi. Diakhir dari sesi ini sendiri peserta diajak untuk menyusun kampanye melalui aksi, media sosial, bahkan press conference terkait contoh isu yang diberikan.
Pelatihan yang diselenggarakan di Bogor ini sendiri tidak hanya pelatihan untuk para remaja dari masing-masing perwakilan Youth Center ataupun Youth Forum akan tetapi ada juga pelatihan untuk para konselor dan para dokter yang berpengalaman pada masing-masing daerah. Nah pada hari terakhir bersama Mbak Jakie dari Yayasan Pulih, membahas bagaimana prinsip-prinsip konseling serta bagaimana melakukan konseling dan kaitannya terhadap Kekerasan Berbasis Gender (KBG), yang dimana khusus pada sesi ini tidak hanya diikuti oleh para remaja dari Youth Center ataupun Youth Forum akan tetapi digabung dengan para konselor dan dokter yang membuat suasana tidak hanya sebagai pelatihan satu arah untuk peserta akan tetapi juga diskusi baik dari pengalaman para konselor dan dokter yang perpengalaman dalam menangani kasus KBG atau KTD maupun dari para remaja-remaja dengan berbagai pengalaman terkait kasus-kasus yang pernah ditemukan.
Kegiatan pelatihan selama tiga hari ini sendiri diharapkan mengembangkan keterlibatan remaja dalam menangani dan melakukan upaya pencegahan KTD yang banyak menimpa para remaja, dengan remaja sebagai konselor sebaya bagi remaja lain juga diharapkan mampu lebih mudah diterima oleh remaja-remaja lainnya. Selain itu dalam Youth Advocacy Training ini, peserta juga diharapkan dapat memberikan penanganan KTD remaja yang baik di lingkungan PKBI serta bagaimana melakukan campaign terkait isu Kehamilan yang Tidak Diinginkan atau yang lebih tepatnya juga sahabat Kisara, yaitu Kehamilan yang Tidak Direncanakan.