Hallo sahabat Kisara!!!
Baru-baru ini Kisara telah merilis penelitian tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang telah dilakukan pada 1,200 remaja yang dipilih dari dari 24 sekolah (8 SMP, 8 SMA, dan 8 SMK) di Kota Denpasar selama bulan Juli-September 2016. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di dua jurnal yang berbeda, yaitu di jurnal internasional Global Health Management Journal dan jurnal nasional Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
Yuk, kita simak hasil penelitian Kisara tersebut.
Knowledge, Attitude, and Behavior about Sexual and Reproductive Health among Adolescents Students in Denpasar, Bali, Indonesia (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terkait Kesehatan Seksual dan Reproduksi pada Remaja di Kota Denpasar)
Publikasi pertama membahas gambaran umum pengetahuan, sikap, serta perilaku terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja di Kota Denpasar, meliputi sebagai berikut.
Pengetahuan
Sebagian besar siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang pubertas (90,7%), sedangkan sekitar 1 dari 10 siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses reproduksi (10,1%) dan resiko reproduksi (11,4%) dan hanya sebagian siswa saja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang IMS dan HIV-AIDS (55,6%).
Sikap
Sebanyak 48,9% siswa berpendapat bahwa perilaku berciuman, berpelukan, dan bersentuhan dapat dilakukan sebelum menikah, 18,7% siswa berpendapat bahwa perilaku petting dan oral seks dapat dilakukan sebelum menikah; dan 13,8% responden berpendapat bahwa hubungan intim (vaginal seks) dapat dilakukan sebelum menikah.
Perilaku
Dari 1200 responden, terdapat 880 (73,3%) yang sudah berpacaran. Dari siswa yang sudah berpacaran, 14,32% pernah melakukan petting, 9,8% (86 orang) pernah melakukan oral seks, 6,5% (57 orang) pernah melakukan vaginal seks, dan 2,6% (23 orang) pernah melakukan anal seks.
Pada siswa yang pernah melakukan vaginal seks, 43,9% tidak pernah menggunakan kondom dan pada siswa yang pernah melakukan anal seks, 43,5% tidak pernah menggunakan kondom.
Rata-rata umur pertama kali melakukan hubungan seksual (oral, vaginal, atau anal seks) yaitu 15,4 tahun dan umur paling muda melakukan hubungan seksual yaitu 11 tahun.
Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual pada Remaja Berpacaran di Kota Denpasar
Publikasi kedua melakukan analisis lebih lanjut terkait dengan perilaku seksual pada remaja yang berstatus pernah pacaran, sejumlah 880 siswa. Hasil analisis memperoleh bahwa terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sekolah, akses informasi terkait kesehatan reproduksi, akses konten pornografi, pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku seksual pada remaja yang berpacaran. Lebih tepatnya, peluang perilaku seksual-berat lebih-tinggi terjadi pada pada remaja yang berumur >15 tahun (OR=3,0; 95%CI=1,9-4,8; p<0,001), jenis kelamin laki-laki (OR=3,0; 95%CI=2,2-4,2; p<0,001), tingkat pendidikan SMA dibandingkan SMP (OR=3,9; 95%CI =2,4-6,2; p<0,001), tingkat pendidikan SMK dibandingkan SMP (OR=2,4; 95%CI =1,5-3,9; p=0,001), bersekolah di swasta (OR=2,2; 95%CI=1,6-3,1; p<0,001), tidak pernah mengakses informasi terkait kesehatan reproduksi (OR=2,0; 95%CI =1,3-3,0; p=0,001), mengakses konten pornografi (OR=4,1; 95%CI=2,8-6,1; p<0,001), pengetahuan yang kurang (OR=1,7; 95%CI=1,2-2,4; p=0,006), dan sikap yang kurang (OR=3,1; 95%CI=2,2-4,5; p<0,001).
Informasi detail dapat diperoleh dengan membaca full-papernya:
Pradnyani PE, Putra IGNE, Astiti NLEP. (2019). Knowledge, Attitude, and Behavior about Sexual and Reproductive Health among Adolescent Students in Denpasar, Bali, Indonesia. Global Health Management Journal, 3(1): 31-39.
Putra IGNE, Pradnyani PE, Artini NNA, Astiti NLEP. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual pada Remaja yang Berpacaran di Kota Denpasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 11(2): 75-83.
Kontak peneliti: I Gusti Ngurah Edi Putra (ediputra.ign@gmail.com)