Kekerasan dalam hubungan pacaran wajar nggak sih?
Itu tanda kalau dia romantis atau posesif?
Aku sadar, aku korban KDP, tapi kok sulit ya mengakhiri hubungan ini?
Pertanyaan – pertanyaan tersebut kerap kali menjadi hal yang tak jarang dibingungkan oleh remaja yang sedang menjalani hubungan pacaran. Terlebih pada remaja awal yang baru saja mengalami perubahan fisik dan psikis akibat pubertas. Sikap remaja yang labil menjadikan dirinya sebagai pribadi yang sulit untuk membedakan tindakan positif dan negatif baik itu pada dirinya sendiri maupun lingkungannya. Maka dari itu, edukasi – edukasi terkait hubungan pacaran dan masalah yang mungkin terjadi saat menjalaninya sangatlah penting untuk remaja. Dengan berbekal pengetahun tersebut, mereka pada akhirnya dapat mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri dan hubungannya. Sehingga mereka dapat tumbuh menjadi remaja yang bertanggung jawab.
Dance4Life Bali sebagai salah satu program dari Kisara PKBI Bali dalam upaya pemberdayaan anak muda untuk membentuk pemimpin masa depan yang bertanggung jawab, berusaha untuk menjawab pertanyaan anak muda terkait kekerasan dalam pacaran melalui kegiatan BISIK (Bincang Asik Kisara). Karena situasi tidak memungkinkan untuk mempertemukan seluruh Agent4Change akibat pandemi Covid-19. Maka Dance4Life Bali mengajak seluruh Agent4Change dari 10 sekolah, tempat implementasi program Dance4Life di Kota Denpasar, untuk berdiskusi bersama mengenai masalah ini secara daring melalui aplikasi zoom, dengan mengangkat topik “Mengenal Lebih Dekat, Pacaran Tanpa KDP”. Dalam bisik kali ini, Ni Kadek Sintya Anggreni, Champions4Life 2019, berkesempatan untuk berbagi informasi mengenai topik ini, yang dipandu oleh moderator Ni Kadek Putri Silvia Mahadewi, yang juga merupakan Champions4Life 2019.
Pada bisik yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 06 Juni 2020 ini, dibahas beberapa hal meliputi alasan pentingnya mengetahui informasi terkait KDP pada remaja, pengertian KDP, bentuk – bentuk KDP, tanda – tanda ketika menjadi korban KDP, mengenal pelaku dan korban KDP, alasan banyak orang sulit mengakhiri hubungannya walaupun sudah mengetahui dirinya adalah korban KDP, dan hal – hal yang dapat dilakukan remaja jika mengalami KDP. Dan yang terpenting dalam pembahasan topik ini adalah bagaimana remaja dapat membangun relasi positif dengan lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Karena sikap maupun perilaku remaja sangat dipengaruhi atau dapat terbentuk dari lingkungan sekitarnya. Hal ini tergambar pada sebuah kutipan yang disampaikan di akhir slide materi bisik yaitu “the end of love is not the end of life”. Jadi, akhir dari cinta bukanlah akhir dari hidup kita, karena masih banyak relasi positif yang dapat kita bangun selain relasi dengan pasangan melalui hubungan pacaran.
Kegiatan bisik berakhir dengan diskusi bersama melalui sesi tanya jawab. Di mana peserta bisik berkesempatan untuk menyampaikan pertanyaan atau pendapat, maupun menceritakan hal yang pernah dialami dalam kehidupan sehari – harinya terkait dengan topik yang dibahas. Sehingga terbentuk ruang positif dan aman untuk saling berbagi dan memberikan solusi. Kegiatan bisik secara daring ini diharapkan dapat menjadi media edukasi yang efektif bagi anak muda khususnya Agent4Change selama pandemi ini, sebelum kegiatan Journey4Life ke masing – masing sekolah dapat berjalan kembali.
Sintya Anggreni
Relawan Kisara