Oleh : I Gusti Ayu Agung Putri Indria saraswati – SMAN 1 Kuta Utara (Juara 2 Artikel IYD 2017)
Baru saja akan memasuki bulan ke-8 pada tahun 2017, beberapa sumber di media elektronik memposting tentang maraknya kasus bullying di Indonesia. Dikutip dari Wikipedia, Bullying (Indonesia: penindasan) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Bukan lah suatu hal baru jika seseorang pernah mengalami penindasan di kehidupannya. Bahkan artis-artis terkenal seperti Demi Lovato, Taylor Swift sempat mengalami peristiwa ini. Keduanya sama-sama mengenal bullying ketika menginjak masa remaja. Lantas, mengapa kasus penindasan banyak dialami oleh seseorang ketika remaja? Kembali pada fakta bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Masa dimana seseorang masih sangat emosional baik dari segi fisik maupun psikisnya.
Penindasan dapat bermacam-macam bentuknya misalkan memukul, menendang, melukai dengan senjata tajam, yang mana kemudian memunculkan dampak seperti lebam-lebam serta luka. Atau mengejek, menghina, menyebarkan kebencian, mengolok-olok yang kemudian dapat menjadi penyebab utama seseorang kehilangan kepercayaan diri dan penyebab utama depresi. Latar belakang yang mendasari pelaku melakukan penindasan sering kali adalah karena bagi pelaku tipe orang di dunia ini hanya 2, “friends material” dan “food material”. Apabila seseorang tidaklah cantik, pintar, kaya maka sudah tentu merupakan santapan utama untuk di tindas. Ditambah lagi, biasanya korban penindasan merupakan orang yang lugu dan pendiam. Penindasan ini sebenarnya tanpa disadari menimbulkan banyak dampak serta permasalahan baru. Tak hanya bagi korban, namun pelakunya sekalipun. Bagi korban sudah tentu yang paling parah adalah kematian. Bagi pelaku bisa saja berurusan dengan hukum atau dalam jangka panjang menimbulkan penyesalan yang mendalam.
Memang menindas orang lain terasa menyenangkan bagi sebagian orang. Banyak pelaku bullying yang mengaku penindasan yang mereka lakukan hanya sekedar bercandaan agar tidak terlalu serius dalam berteman ataupun canggung. Namun harus diketahui bahwa selera humor setiap orang berbeda-beda. Harus juga disadari bahwa kapasitas perasaan dan kesabaran tiap orang dalam menanggapi perilaku kita berbeda beda. Dan yang utama, ingatlah bahwa tak semua hal yang kita anggap lucu itu bisa dijadikan bahan lelucon. Lantas bagaimana cara menanggapi peristiwa seperti ini? Mulailah dengan 3M, yakni: Mencegah, Mengatasi, dan tidak Memulai.
Mencegah :
- Menghargai sesama. Jangan berharap agar kita dihargai namun kita tidak bisa menghargai seseorang. Perlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan.
- Bersikap baik, selalu. Kita tak akan tahu seberapa besar kebaikan yang kita lakukan berdampak bagi orang lain. Mungkin saja hanya kita satu-satunya orang yang melakukannya.
- Jadilah diri sendiri dan jangan bersikap berlebihan. Setiap makhluk hidup memiliki kekurangan masing-masing. Jangan pernah malu untuk mengungkapkannya.
Mengatasi :
- Jangan pedulikan si pelaku. Respon sedih yang kita berikan merupakan salah satu dari banyak tujuan si pelaku. Jangan tunjukan bahwa kita sedih karena perbuatannya.
- Temukan teman yang tak hanya sekedar teman. Temukan seseorang yang bisa dipercaya dan selalu ada ketika kita sedang sedih. Teman ini bisa teman sebaya dan juga orang tua atau guru bimbingan belajar atau siapa pun.
- Tak ada pesta yang tak usai. Anggap saja para pelaku kini sedang berpesta. Dan akan ada saatnya, kita yang melihat mereka kelelahan setelah berpesta.
Tidak Memulai :
- Karma. Apa yang kita perbuat maka itulah yang akan kita dapatkan sebagai balasan. Jika kita berbuat baik, maka kebaikan pula yang akan menjadi hadiahnya. Begitu pula sebaliknya.
- Lakukan hal-hal positif yang di sukai. Lakukan banyak hal sehingga kita tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal macam bullying.
- Banyak hal yang mampu membuat kita senang, bukan dengan cara merenggut kesenangan orang lain. Membuat orang lain lemah tak akan membuat kita sangat kuat.
Sudah begitu banyak kasus penindasan yang terjadi di dunia ini. Tak perlu menjadi pelaku ataupun korban agar kita mampu membuktikan serta merasakan dampaknya. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Jangan pula salah artikan bahwa, penindasan merupakan hal yang semata-mata merugikan. Apabila kasus seperti ini tak pernah terjadi di dunia, maka akan banyak masyarakat tidak paham tentang konsep saling menghargai, dan banyak orang tak tahu bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam hidup. Mungkin saja, Demi Lovato tak akan menjadi se-terkenal sekarang apabila tidak pernah mengalami penindasan ketika remaja. Kita tidak akan pernah mendengar indahnya lagu Skyscraper yang Demi lantunkan. Lagu bertemakan bullying ini, juga karena pengalaman Demi sewaktu remaja dulu. Jadilah remaja yang CERDDAS (Ceria, Empati, Ramah, Dewasa, tidak Dengki, Abai dengan tingkah pelaku, serta memiliki sikap Sosial yang tinggi).