Seseorang yang sedang mengalami putus cinta umumnya akan mendapatkan tekanan berupa tekanan psikis. Perasaan menjadi tak tentu dan terkadang menjadi terlarut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Keadaan seperti itu sering disebut sebagai rasa galau oleh remaja. Rasa galau muncul karena adanya perasaan sedih, cemas, gelisah dan bimbang, hingga akhirnya menjadi kehilangan akal. Nah, hal seperti itulah yang kiranya menjadi kekhawatiran para remaja dan orang-orang yang berada disekitarnya.
Pada usia remaja, seseorang dikatakan belum memiliki kematangan emosi. Putus cinta menyebabkan remaja kehilangan akal dan sebagian besar berujung pada tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, marilah kita merenungkan kembali, apakah putus cinta harus diisi dengan rasa galau yang berlarut-larut? Hingga menimbulkan tindakan yang merugikan bagi diri sendiri atau orang-orang disekitar?
Merupakan hal wajar apabila seseorang yang mengalami putus cinta merasakan kesedihan karena kehilangan seseorang yang disayangi. Sebuah survey menunjukkan bahwa kesehatan mental pria jauh lebih terpengaruh oleh stres akibat hubungan yang sulit. Jika pada umumnya kita mengetahui perempuan yang lebih rapuh terhadap suatu perpisahan, maka lain halnya dengan pria. Meski ekspresi wajahnya terlihat tegar, perasaan pria sebenarnya juga sedang terluka. Hal ini menunjukkan bahwa pria lebih sulit mengatasi patah hati ketimbang wanita. Demikian seperti yang dilansir oleh Female Kompas.
Menurut Profesor Robin Simon, pemimpin penelitian dari Wake Forest University, Amerika, pria lebih sulit mengatasi masa-masa putus cinta dikarenakan pria cenderung menekan perasaannya, mengahapi permasalahannya seorang diri. Pria juga selalu memandang kekasihnya sebagai “rumah”, dan ketika hubungan terputus maka secara emosional pria akan kehilangan tempat untuk “pulang”. Pada saat bercinta, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin dan vasopresin pada otak pria dan wanita. Vasopresin inilah yang membuat pria terikat pada pasangannya. Selain itu pria juga tidak suka memulai hubungan dari awal lagi. Biasanya setelah putus dari pasangannya pria akan mencoba mendekati perempuan yang lain. Memang terkesan mudah untuk melupakan pasangannya dan mencari pengganti, namun sebenarnya hal itu hanya sebuah pelarian saja. Pria ingin membuktikan bahwa ia baik-baik saja tanpa kehadiran mantan pasangannya.
Namun diluar itu semua, baik wanita maupun pria yang sedang mengalami putus cinta mulai saat ini harus waspada akan bahaya yang mengintai. Putus cinta menyebabkan kualitas kesehatan seseorang menjadi memburuk. Seperti dilansir oleh tempo.co, menurut dokter spesialis kardiovaskuler dari John Hopskin School of Medicine, Amerika Serikat, Ilan Wittstein, patah hati karena putus cinta juga sangat mempengaruhi kesehatan.
Menurut Wittsetin, sindrom patah hati ini melibatkan ketidakstabilan mental dan emosional yang mengakibatkan otot jantung menjadi lemah sehingga mempengaruhi kinerja jantungmu. Walaupun hingga saat ini sebenarnya belum ada orang yang tau bagaimana kinerja emosi dapat merusak jantung. Namun, saat manusia mengalami patah hati atau sakit hati, ada hormon pemicu stress yang diproduksi secara berlebihan di dalam tubuh manusia. Produksi hormon yang berlebihan ini dapat mengganggu suplai darah ke jantung.
Secara fisiologi, sindrom patah hati memang tidak semenakutkan serangan jantung pada umumnya. Dalam sindrom patah hati, jantung seseorang tidak mengalami tekanan sebesar yang dialami pasien saat terkena serangan jantung. Sindrom sakit hati tidak sampai menghalangi darah sampai ke jantung. Hanya saja suplai darah ke jantung yang menjadi berkurang.
Selain mempengaruhi kinerja jantung, sindrom sakit hati atau patah hati juga dapat mengganggu kinerja kelenjar adrenalin. Saat seseorang mengalami putus cinta atau mengalami tekanan batin, kelenjar adrenalin mulai mengacaukan produksi hormon kortisol. Kekacauan ini sangat tergantung pada seberapa besar dampak putus cinta itu dalam pikiranmu.
Putus cinta juga mempengaruhi berbagai organ tubuh lainnya. Seperti perut, mata dan yang terbesar adalah sistem pusat otak. Saat seseorang memiliki perasaan senang saat menemukan pasangan, darah akan mengalir dengan baik ke bagian pusat kesenangan yang berada di otak yang disebut tegmental ventral. Namun, ketika seseorang mengalami putus cinta, darah akan mengalir ke dua bagian otak, yang disebut korteks somatosensori sekunder dan insula posterior dorsal. Kedua bagian ini yang memproduksi rasa sakit secara fisik di tubuhmu. Itulah sebabnya mengapa ketika seseorang putus cinta atau sakit hati, akan merasa pegal dan sakit di beberapa bagian tubuh.
Stress karena putus cinta juga dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi atau menyembuhkan peradangan sel dalam tubuh. Akibatnya, seseorang akan mengalami sakit yang sebelumnya tidak pernah ia alami. Patah hati juga dapat mempengaruhi jumlah rambut. Saat perasaan merasa hancur, beberapa folikel rambut akan mengalami kerontokan. Namun Wittstein mengatakan, kamu tidak perlu khawatir, seiring membaiknya pikiranmu, rambut itu akan tumbuh kembali dengan indah.
Oleh karena itu remaja sebaiknya memikirkan kembali dampak-dampak buruk yang akan timbul apabila kita terlarut dalam suasana putus cinta. Selain berdampak bagi kesehatan juga berdampak pada perkembangan mental. Sehat mental sendiri bukan hanya sekadar tidak adanya gangguan kejiwaan dalam dirimu, tetapi juga pada kemampuanmu untuk bisa mengatasi stres dan masalah dalam hidupmu. Jika tidak dipedulikan, kesehatan mental yang terganggu akan berakhir kepada permasalahan belajar, perkembangan kepribadian, gangguan dalam berhubungan dan masalah kesehatan fisik. Putus Cinta tidak harus kamu sesali dengan kesedihan yang berlarut-larut. Open your mind, never give up. Alihkan perasaan sedihmu pada hal-hal yang lebih bermanfaat dan juga dapat membuat perasaanmu menjadi lebih cerah. So, bakal galau lagi kalau sedang putus cinta?
oleh: Ari Kurnia B/KISARA
foto ilustrasi: http://1.bp.blogspot.com/-FyooIQXglxQ/T7ZAu8rmYyI/AAAAAAAAAgI/Uqp3F8nzjbY/s1600/kartun+galau.jpg