Pentingnya Layanan Kesehatan Reproduksi dan Rumah Singgah

Pada Selasa, 4 Juni 2024, Tim Jurnalistik Smensi mengikuti kegiatan pertemuan stakeholders meeting IHCP (Indonesia Healthy Cities with Pride) 2024 yang diselenggarakan di Kampus Mediterranean Singaraja, di Jalan Pulau Komodo I, Blok L, No.7 Banyuning, Kabupaten Buleleng. Pertemuan tersebut dilakukan sebagai bentuk realisasi kerja sama antara PKBI  (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) dengan YIFoS Indonesia. Pada kesempatan tersebut program remaja yang diinisiasi oleh KISARA  menyampaikan hasil temuan online survey dan FGD sebagai hasil identifikasi hambatan atau barrier yang didapatkan oleh anak-anak muda dalam mengakses layanan kesehatan, utamanya kesehatan reproduksi.

            Kegiatan dimulai sekitar pukul 14.30 WITA yang mana dibuka dengan sambutan dan perkenalan oleh para relawan KISARA PKBI Bali. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Mr. Widi selaku pimpinan Kampus Mediterranean Singaraja. Pada kesempatan itu, Mr. Widi sebagai Kampus Manajer yang bertanggung jawab kepada kurang lebih 350 mahasiswa dengan jurusan pariwisata, menyambut baik kegiatan tersebut. Beliau sangat senang dipilihnya Kampus Mediterranean Singaraja sebagai tempat acara ini. Kampus tersebut adalah kampus Mediterranean Bali cabang keempat. Beliau menjabat di kampus tersebut mulai dari 2021 hingga saat ini. Ternyata Mr. Widi adalah campuran antara ayahnya yang berasal dari Bali dengan ibunya yang berasal dari Sumba. Sehingga sekilar wajahnya mirip seperti orang India/Pakistan.

Walau demikian, beliau sangat mencintai Bali dan beliau sangat mencintai keberagaman sebab kedua orangtuanya adalah pertemuan lintas suku. Di acara tersebut beliau hanya bisa memberikan sedikit sambutan karena beliau ada pertemuan di tempat lain. “Untuk itu bapak dan ibu serta kakak kakak sekalian please enjoy dengan tempat ini. Maaf jika tempatnya mungkin kurang,” pesan beliau.

            Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Drs. Made Mustika selaku Wakil PKBI Daerah Bali. Pada kesempatan itu, Bapak Mustika membicarakan tentang kesehatan reproduksi. “Remaja harus betul-betul memahami tentang apa itu kesehatan reproduksi dan bagaimana cara untuk menjaganya agar tetap sehat,” ujar beliau. Beliau juga berpendapat tentang tantangan kehidupan yang semakin berat terlebih lagi dalam pergaulan antarmanusia. Sekarang hubungan antar manusia sudah tidak dibatasi lagi oleh antarpulau, bahkan dalam satu negara saja. Melainkan sudah menggobal, interaksi internasional. Maka dari itu penting untuk dimengerti tentang hal-hal kesehatan terlebih lagi dalam bidang kesehatan reproduksi yang mana akan sangat berbahaya jika kita tidak menjaga pada aspek tersebut dengan baik. “Dalam hal ini, kita sangat dibantu oleh pihak KISARA. KISARA adalah singkatan dari Kita Sayang Remaja. Mengapa nama itu muncul? Karena kita semua sayang kepada remaja,” ujarnya.

            Selain itu hadir pula perwakilan-perwakilan dari berbagai instansi terkait meliputi Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng (Penanganan P. Menular), Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Puskesmas Buleleng I, II, dan III dan masih banyak perwakilan lainnya. Pada kegiatan pertemuan tersebut, selain membahas seputar hasil survei dari program KISARA, para stakeholders juga fokus membahas mengenai program yang sudah diimplementasikan maupun program baru yang bisa direalisasikan untuk mempermudah dalam mengakses layanan kesehatan.

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan

            Salah satu topik pembahasan pada pertemuan tersebut adalah mengenai bagaimana cara menciptakan lingkungan yang ramah dan nyaman bagi para pelapor saat melaporkan kejadian buruk yang dialaminya, terutama dalam pelecehan seksual yang umum banyak menimpa kaum wanita. Ya sesuatu yang bersifat sangat pribadi. Karena si korban dan keluarganya biasanya enggan melaporkan kasusnya karena stigma masyarakat.

Berdasarkan hasil survei yang telah dipaparkan, banyak masyarakat yang masih enggan melakukan konsultasi karena khawatir dengan respon pihak pelayan konsultasi yang mana mereka takut terhadap munculnya stigma sehingga menimbulkan tindak diskriminasi. Hal ini tentu saja menjadi salah satu tugas bagi pihak yang berwenang agar dapat menciptakan lingkungan konsultasi yang nyaman dan aman bagi si korban. Mereka yang bermasalah pasti memerlukan solusi. Bukan malah masalahnya semakin besar dan diketahui luas di masyarakat.

Dalam kesempatan itu ibu Ria dari Dinas Sosial Kabupaten Buleleng juga ikut menyampaikan pandangannya. Ibu Ria menyampaikan tentang program-program yang berpengaruh dengan kekerasan seksual dan juga HIV. Salah satu programnya untuk kekerasan seksual yaitu memberikan pendampingan dalam membuat BAP, pendampingan konseling, kemudian rehabilitasinya yang bekerja sama dengan sentra yang berada di Tabanan. Biasanya anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual telah diasesmen, seperti meningkatkan bantuan psikologisnya kemudian memberikan bantuan untuk kehidupannya, sekolahnya, maupun keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan program untuk HIV, mereka memiliki program memberikan bantuan seperti sembako. Selain menyampaikan tentang program-program yang berhubungan dengan kekerasan seksual dan juga HIV/AIDS ibu Ria juga menyampaikan bahwa di Singaraja memerlukan sekali Rumah Singgah/Rumah Aman karena di Singaraja belum ada hal tersebut. (Tim Jurnalistik SMENSI)

Viva Youth Viva Kisara!

Leave a Replay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top