Halo sahabat Kisara! Kira-kira pernah gak sih kalian mendengar istilah dismenore? Apa iya nyeri haid pada perempuan menstruasi itu cuma bentuk caper alias cari perhatian saja? Jangan sampai sahabat Kisara beranggapan seperti itu ya, terus bahaya atau enggak sih? Nah, daripada penasaran, kita cari tahu yuk apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan desminore.
Pada sebagaian wanita yang sedang mengalami menstruasi, dismenore termasuk ke dalam gejala umum yang sering terjadi. Dismenore merupakan sebuah istilah yang ditujukan pada kondisi kram atau nyeri haid pada perut bagian bawah yang terasa mengganggu pada saat menstruasi. Apa saja sih gejala-gejala dari dismenore? Dismenore sebenarnya memiliki gejala yang beragam, di antaranya: kram atau nyeri pada perut bagian bawah pada hari pertama sampai kedua pada saat menstruasi, kepala terasa pusing, mual, sembelit, perut kembung, dll.
Dismenore terdiri atas dua jenis, yakni: dismenore primer dan juga dismenore sekunder. Dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang tidak didasari oleh kondisi patologis. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh adanya peningkatan produksi hormon prostaglandin yang memicu kontraksi pada rahim. Peningkatan prostaglandin (PG) F-alfa yang merupakan sikloolsogenase (COX-2) mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Sedangkan, dismenore sekunder disebabkan oleh adanya patologi pada organ reproduksi. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan keluhan pada dismenore sekunder di antaranya: Endometriosis, penyakit radang panggul/ Pelvic Inflammatory Disease (PID), Adenomiosis, Fibroid, Polip rahim, dan sebagainya. Beberapa hal yang dapat memperparah kondisi dismenore adalah kurangnya istirahat, stress, mengonsumsi rokok dan minuman keras.
Lalu, apakah dismenore ini dapat diobati? Pada kondisi dismenore primer, seringkali gejala yang ditimbulkan dapat mereda secara alami. Akan tetapi, bila diperlukan, obat anti nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi non-steroid) seperti: diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat, dan lain-lain dapat digunakan. Sedangkan, pada penanganan dismenore sekunder akan disesuaikan sesuai dengan penyakit yang menyebabkan keluhan ini. Oleh karena itu, penyebab dismenore sekunder perlu dievaluasi. Sahabat Kisara tidak usah ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatan reproduksi kita lho ya!
Wah… ternyata beragam sekali ya, kondisi-kondisi penyerta yang terjadi pada saat wanita menstruasi. Tentunya dengan selalu menggali informasi-informasi mengenai kesehatan reproduksi membuat kita lebih waspada dan bijaksana dalam menyikapi persoalan-persoalan seperti itu. Dismenore pada wanita yang sedang mengalami menstruasi juga tidak boleh dianggap sebagai hal yang sepele loh ya, apalagi menganggapnya lebay, cari perhatian, dan sejenisnya ya.
Nah, sahabat Kisara juga bisa nih menceritakan berbagai permasalahan yang dihadapi terkait disminore ataupun menstruasi di platform Kisara yaitu bisa pada Line Pacar Idaman bit.ly/LinePacarIdaman atau pada Facebook Konseling Kisara!
Viva Youth, Viva Kisara!
Ni Komang Ari Budiani
Relawan Kisara
Catatan Kaki
Larasati, TA dan Farida Alatas. (2016). Dismenore Primer dan Faktor resiko Dismenore Primer pada Remaja. Jurnal Kedokteran Unila. 5, 79-84.
1 thought on “Mengenal Dismenore: Si “Nyeri” saat Menstruasi”
awesome