Indonesia, yang berada di Pacific Ring of Fire, sering menghadapi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan banjir yang berdampak besar pada kehidupan masyarakat. Di balik kerentanan fisik, ada ancaman lain yang tak kalah serius, yaitu kekerasan yang kerap menimpa kelompok rentan, khususnya remaja. Remaja sering mengalami kekerasan, putus sekolah, dan trauma pasca-bencana. Meski begitu, mereka juga punya potensi besar untuk berperan dalam penanggulangan bencana, mulai dari tahap persiapan, saat bencana terjadi, hingga masa pemulihan, memberikan kontribusi penting bagi komunitas yang terdampak.
Sebagai upaya merespon hal tersebut, Kisara PKBI Daerah Bali berkolaborasi dengan Plan Indonesia mengimplementasi program edukasi dan kampanye respon bencana berbasis perubahan iklim dan pencegahan kekerasan yang dikemas dalam sebuah workshop tema AKSARA (Aksi Bersama Remaja). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2025, yang dilaksanakan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Ekoturin Karangasem. Kegiatan dengan melibatkan 17 orang perwakilan siswa ini bertujuan untuk membekali dan meningkatkan kesadaran remaja mengenai mitigasi risiko bencana serta pencegahan kekerasan berbasis gender, yang seringkali meningkat dalam situasi krisis iklim.
Edukasi yang diberikan mencakup berbagai topik yang sangat relevan dalam konteks perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Kisara PKBI Bali menggandeng BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Karangasem untuk menyampaikan informasi penting tentang risiko bencana di wilayah tersebut. Bapak I Made Sumeka Regen, ST., MAP, selaku Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Karangasem, menekankan bahwa Karangasem adalah wilayah yang memiliki risiko tinggi bencana dengan 12 dari 14 potensi bencana yang ada di Bali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan edukasi kepada remaja mengenai kesiapsiagaan bencana untuk melindungi diri dan komunitas mereka.
Selama kegiatan berlangsung, materi yang disampaikan meliputi beberapa topik inti yang sangat penting. Pertama, para peserta diajak untuk memahami lebih dalam mengenai “Bencana di Sekitarku,” yang menjadi landasan dasar pemahaman tentang risiko bencana yang dapat. Materi ini juga mengajarkan para remaja untuk mengenali bencana yang dapat terjadi di sekitar mereka dan cara-cara untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.
Selain itu, diskusi tentang “Remaja dan Risiko Kekerasan” menjadi bagian penting dalam edukasi ini. Dalam situasi bencana, banyak kekerasan yang terjadi, terutama kekerasan berbasis gender, yang semakin meningkat di tengah krisis. Salah satu topik yang tidak kalah penting adalah “Membangun Lingkungan Bebas Kekerasan.” Remaja sebagai peserta diajak untuk berlatih menjadi seorang konselor sebaya dengan mengedepankan empati dan kemampuan mendengar. Kemampuan yang sederhana, tetapi kadang sangat membantu bagi teman kita yang sedang dalam situasi kalut atau mengalami kekerasan karena bencana.
Selain edukasi terkait bencana dan kekerasan, kegiatan penguatan kapasitas para peserta dalam merencanakan dan memproduksi kampanye yang berbasis pada kebutuhan masyarakat mereka juga dilakukan. Kisara PKBI Bali memfasilitasi remaja untuk merancang dan memproduksi konten kampanye yang dapat meningkatkan kesadaran di lingkungan mereka tentang pentingnya mitigasi bencana dan pencegahan kekerasan berbasis gender.
Melalui program ini, Kisara PKBI Bali, bersama dengan mitra seperti Plan Indonesia dan BPBD Karangasem, menunjukan masih perlunya upaya-upaya penguatan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam mitigasi risiko bencana dan kekerasan. Sehingga remaja tidak hanya menjadi agen perubahan di komunitas mereka, tetapi juga dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman, adil, dan siap menghadapi tantangan bencana yang semakin meningkat akibat perubahan iklim.
