“Aku gak cukup baik.”
“Aku harus sekolah di sekolah A biar bisa bikin orang tuaku senang”
“Aku harus seperti si B biar semua orang suka sama aku”
“Gimana pendapat orang kalau aku pakai baju ini?”
“Aduhh.. nanti kalau aku ngelakuin ini, gimana ya orang nanggepinnya?”
Pernyataan diatas mungkin sering kita dengar bahkan ucapkan. Mungkin nampak sepele dan kadang jawaban dari pertanyaan itu membuat kita mengubah diri sehingga mengikuti standar orang lain. Kita cemas jika kita berbeda, kadang kita cemas bagaimana orang lain memandang kita, kita cemas jika kita tak memuaskan orang lain, dan kita cemas jika kita tidak sempurna. Namun, apakah dengan memenuhi hal tersebut membuat kita merasa nyaman? Mungkin sebagian akan menjawab ‘Ya’, namun nyatanya banyak yang menjawab ‘Tidak’. Kenapa? Karena daripada nyaman, hal tersebut hanya membuat kita ketakutan dan cemas, dan tentunya mengganggu jalannya kehidupan sehari-hari kita.
Nah, inilah masalah kesehatan mental yang cukup mengkhawatirkan saat ini salah satunya adalah Anxiety atau Kecemasan. Gangguan kecemasan (anxiety) ditandai dengan rasa khawatir dan takut berlebihan sehingga seseorang sulit berkonsentrasi, susah tidur, hingga merasakan gejala fisik seperti mual atau gemetaran. Menurut data National Institute of Health Amerika Serikat, sekitar 20 persen remaja berusia 13-18 tahun mengalami gangguan cemas. Kecemasan dan kegelisahan sebenarnya merupakan emosi yang wajar dialami. Namun, jika kondisi itu bisa disebut tidak normal jika sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Di Indonesia sendiri kasus yang berhubungan dengan ansietas pun ternyata cukup banyak. Hasil penelitian uji statistik diperoleh bahwa remaja yang mengalami cemas ringan sebanyak 6.0%, cemas sedang 42.2%, cemas berat 36.15%, dan panik 14.5%. Banyaknya kasus ini dibuktikan juga dengan tingginya jumlah kasus bunuh diri pada remaja dan maraknya kasus tindakan remaja menyakiti dirinya sendiri.
Penyebab kecemasan sendiri bervariasi, namun ada beberapa faktor penting mengapa kecemasan dapat terjadi pada remaja. Diantaranya tuntutan untuk sukses dari lingkungan,banyaknya tindakan kekerasan pada remaja sehingga mengancam keamanannya dan adanya tekanan dari Media sosial. Namun gangguan kecemasan pada remaja juga dapat disebabkan oleh berbagai masalah seperti kondisi ekonomi keluarga yang buruk, orangtua yang bercerai, ekspos terhadap media sosial, serta beberapa isu yang berkembang di masyarakat seperti seperti prediksi kematian, penyakit dan bahkan hari kiamat.
Bagi kamu yang tengah mengalami gangguan kecemasan ini, kamu bisa mencoba hal berikut ini. Pertama, tanyakan pada dirimu apakah rasa cemasmu beralasan. Apakah hal yang kamu takutkan benar-benar mungkin terjadi? Bagaimana kamu bisa yakin? Apakah ada penjelasan atau hasil yang mungkin? Apakah kamu mencoba untuk memprediksi hal-hal di masa depan yang jauh yang kamu tidak mungkin tahu tentang apa? Jika itu benar-benar terjadi, seberapa penting hal itu? Bagaimana orang lain melihat kekhawatiran ini?. Kedua, tanyakan pada dirimu apakah kecemasan memiliki dasar. Jika kekhawatiran kamu memiliki dasar, tetapi tidak ada yang dapat kamu lakukan tentang hal itu sekarang, maka lihat apakah kamu dapat menerima kekhawatiran itu dan melepaskannya. Ini mungkin tampak sulit bagi para pakar yang khawatir, tetapi cobalah mengatakan, “Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mengubah ini sekarang, memikirkannya hanya akan membuat saya lebih kesal. Saya akan menerima kekhawatiran dan sibuk dengan hal lain untuk saat ini ”.
Ketiga, tanyakan pada dirimu apakah kekhawatiranmu memiliki solusi. Jika ada masalah yang realistis, maka kamu mungkin perlu fokus mencari solusi untuk itu. Pemecahan masalah yang baik dapat dianggap sebagai kekhawatiran yang membantu atau adaptif. Kamu bisa mencoba untuk menuliskan masalahmu, tuliskan juga solusi yang kamu pikirkan. Selanjutnya tuliskan hal baik dan buruk yang terjadi dari tiap solusimu. Kemudian pikirkan kembali solusi mana yang menurutmu bisa kamu ambil dan bagaimana kamu akan mengaplikasikannya, terakhir lakukan hal yang bisa kamu lakukan untuk membuat kamu mengatasi masalahmu. Apakah itu membantumu memecahkan masalah? Jika tidak, sudahkah kamu belajar cara yang lebih baik untuk mendefinisikannya? jika demikian, tuliskan masalah baru dan lakukan langkah itu secara berulang.
Jika kamu merasa takut dan merasa bahwa kamu tidak mampu mengatasinya sendiri, cobalah untuk curhat atau bercerita kepada orang terdekat mengenai perasaanmu dan masalah yang kamu hadapi. Hal penting yang harus kamu tahu adalah, ada lebih banyak orang yang akan membantumu jika kamu membuka suaramu lebih dulu, kamu akan sadar betapa berharganya dirimu jika kamu mau menceritakan masalahmu, tentunya saat kamu sudah merasa siap dan merasa nyaman. Kamu tidak sendiri, tetaplah semangat!
Kesehatan mental seperti kecemasan bukanlah hal yang sepele, hal ini dapat mengganggu seseorang bahkan dapat menghantarkan seseorang pada hal-hal yang berbahaya. Jika kamu memiliki teman yang tengah menghadapi hal ini, pastikan bahwa kamu ada disampingnya. Kamu mungkin tidak dapat memaksanya untuk bercerita, tapi hanya dengan berada disampingnya, mungkin saja kamu dapat meringankan bebannya. Dukungan moral dan pendampingan adalah hal yang penting baginya.
Hal yang paling penting untuk diingat tentang kecemasan adalah bahwa itu bukan kesalahanmu. Kecemasan diperburuk oleh stresor kehidupan, dan memiliki gejala khas yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan fungsi seseorang sehari-hari. Dengan bantuan, perawatan yang tepat, dan pemahaman yang kuat tentang gangguan ini, kamu dapat mengatasi kecemasan.
Ade Lia Novita Sari
Relawan Kisara PKBI Daerah Bali